Peningkatan Kerukunan dan Moderasi Beragama di Desa Ngadiwono: Kolaborasi FKUB Pasuruan dan Universitas Yudharta Pasuruan

Daftar Isi

 


Pasuruan, 5 Desember 2024 — Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, yang dikenal sebagai “Kampung Sadar Kerukunan”, menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan peningkatan kerukunan dan moderasi beragama pada 4-5 Desember 2024. Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pasuruan dengan Universitas Yudharta Pasuruan melalui Pusat Religius Pluralistik.

Desa Ngadiwono, yang dihuni sekitar 2.580 jiwa dengan mayoritas penduduk beragama Hindu Tengger, disusul Muslim dan Kristen, menjadi contoh nyata dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. Kegiatan ini menghadirkan berbagai tokoh dan perwakilan dari berbagai kalangan, di antaranya seluruh jajaran FKUB Kabupaten Pasuruan, Kepala Pusat Religius Pluralistik Universitas Yudharta Pasuruan, serta perwakilan dari Universitas Katolik Ruteng (Unika Ruteng), yang terdiri dari dosen dan mahasiswa magang. Selain itu, Dekan, dosen, dan mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Yudharta Pasuruan, perwakilan Pondok Pesantren Ngalah Pasuruan, Camat Tosari, Kepala Desa Ngadiwono, dan tokoh masyarakat serta tokoh agama (TOGA & TOMAS) Desa Ngadiwono turut meramaikan acara ini.

Kegiatan yang dilaksanakan di Balai Desa Ngadiwono ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antarumat beragama melalui dialog dan pemahaman yang mendalam tentang moderasi beragama. Para pemateri dalam kegiatan ini antara lain Ketua FKUB Kabupaten Pasuruan, Kepala Pusat Religius Pluralistik Universitas Yudharta Pasuruan, dosen Unika Ruteng, Kepala Desa Ngadiwono, dan perwakilan Camat Tosari.

Kepala Desa Ngadiwono, Atim Priyono, dalam Berbagainya menyampaikan bahwa kerukunan merupakan bagian dari identitas Desa Ngadiwono. “Kerukunan adalah Desa Jiwa Ngadiwono, dan ini harus terus kita rawat sebagai landasan masyarakat yang damai dan harmonis,” tegasnya. Ia juga menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai toleransi yang telah ada sejak lama.

Fransiska Widyawati, M.Hum, dosen Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng, menyoroti pentingnya pelestarian adat dan budaya lokal sebagai salah satu cara untuk memperkuat kerukunan sosial di Desa Ngadiwono. “Adat dan budaya adalah Desa Jiwa Ngadiwono. Melestarikannya berarti menjaga kerukunan yang diwariskan turun-temurun,” ujarnya. Menurutnya, upacara adat, seni budaya, dan ritual keagamaan lokal menjadi media yang efektif untuk menjaga keharmonisan hubungan antarwarga.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua FKUB Kabupaten Pasuruan menekankan pentingnya moderasi umat beragama sebagai kunci dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. Sementara itu, Kepala Pusat Religius Pluralistik Universitas Yudharta Pasuruan menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan sikap saling menghormati dan memahami perbedaan yang ada dalam masyarakat.

Kegiatan ini mencerminkan semangat Bhinneka Tunggal Ika yang dijunjung tinggi di Kecamatan Tosari, dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di Kabupaten Pasuruan dalam menjaga kerukunan dan membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.


Source : https://yudharta.ac.id/peningkatan-kerukunan-dan-moderasi-beragama-di-desa-ngadiwono-kolaborasi-fkub-pasuruan-dan-universitas-yudharta-pasuruan/

Posting Komentar